PSGA UNISNU JEPARA MENGADAKAN SEMINAR HARI ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN (HAKTP)

 


LPM Burs@–Tahunan Selasa, 10 Desember 2024 Lembaga Pengembangan dan Pendidikan Indonesia (LPPI) UNISNU Jepara menyelenggarakan Seminar Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) yang berlangsung pada Selasa, 10 Desember 2024 dengan dihadiri oleh berbagai tokoh dan aktivis. Acara ini diawali dengan sambutan dari Kepala LPPI, yang menekankan pentingnya peran aktif perempuan dalam memajukan kesetaraan gender dan menjaga kelestarian lingkungan.


Ibu Ritni Patmini, selaku pembawa acara memberikan kata sambutan yang menginspirasi. "Seminar ini adalah wadah untuk menggaungkan pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang kini lebih relevan dari sebelumnya" ujarnya.


Dalam pemaparan kunci (keynote speech), Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara mengangkat tema sejarah Jepara yang dikenal dengan tiga pahlawan wanita, yaitu R.A. Kartini, Ratu Shima, dan Ratu Kalinyamatan. Beliau menekankan bahwa "Kesetaraan antara kaum lelaki dan perempuan harus terus diperjuangkan, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para pahlawan wanita Jepara."


Sesi selanjutnya menghadirkan dua pembicara utama, yakni Hj. Hindun Anisah M.A., dengan penyampaian materi tentang "Kesetaraan Gender." Sedangkan pembicara kedua yaitu Muyassarotul Hafidzoh, M.Pd., yang mengangkat topik "Peran Perempuan dalam Membangun Kesadaran Ekologis." Dalam sesi Seminar kali ini dipandu oleh Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNISNU Jepara, yakni saudara Adam Mahfud sebagai moderator.


Hj. Hindun Anisah M.A., menyoroti hasil survei yang menunjukkan bahwa 71% perempuan memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Namun, ia juga menekankan bahwa peran aktif laki-laki sangat penting dalam mewujudkan perubahan. “Kesadaran lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab perempuan, namun laki-laki juga harus turut serta. Banyak anggota dewan yang dominan laki-laki, sehingga implementasi kebijakan lingkungan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” jelasnya.


Sementara itu, Muyassarotul Hafidzoh mengungkapkan fakta menarik tentang peran perempuan dalam menghadapi kerusakan lingkungan. Ia mengutip, “Ketika alam rusak, perempuan memiliki peran berlapis, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar seperti air. Di Afrika, 70% perempuan menghabiskan 16 jam per hari untuk mencari air, sementara laki-laki hanya 6 jam.”


Acara ini ditutup dengan ajakan untuk bertindak mulai dari diri sendiri, dengan motto “Mari kita bergandeng tangan untuk menjadi Khalifah yang amanah, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang.” Pesan ini mengingatkan peserta bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan oleh setiap individu.


Seminar ini berhasil menginspirasi banyak peserta untuk lebih peduli terhadap isu kesetaraan gender dan lingkungan, serta mendorong mereka untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.

0 Comments