Gerhana
Bulan Total (GBT) atau Super Blood Moon
tahun ini terjadi pada Rabu (20/05). Gerhana Bulan Total merupakan fenomena
alam di mana posisi matahari,
bumi, dan bulan berada pada posisi
sejajar. Hal ini dikarenakan bulan bergerak mengelilingi bumi sesuai orbit
(garis edar). Sehubungan dengan fenomena tersebut Lembaga Kajian Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum Universits
Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara mengadakan
peneropongan gerhana di dua lokasi yang berbeda sekaligus. Lokasi pertama bertempat di Desa Pecangaan
tepatnya di Resto&Cafe “Kampung
Siwatu” Troso Pecangaan Jepara, sekaligus bekerja sama dengan PAC GP Ansor
Pecangaan. Acara peneropongan tersebut dihadiri langsung oleh Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum ibu Mayadina. Peneropoongan dilakukan sejak pukul 16.00 mulai
dari memasang teropong, sholat gerhana berjamaah, dan pengamatan bulan hingga
pukul 20.00 WIB.
Lokasi
kedua yang menjadi tempat pengamatan gerhana bulan adalah di Makam Sultan Hadlirin Mantingan Jepara
tepatnya di masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan. Kegiatan peneropongan di
tempat tersebut juga bekerja sama dengan
pengurus masjid, remaja masjid, serta beberapa pengurus Madrasah Aliyah (MA) Matholiul Huda Bugel, dimana kolaborasi
tersebut merupakan yang pertamakalinya dilakukan. “Kolaborasi ini berawal dari salah satu
remaja masjid yang menguasai ilmu falak. Dari sebelumnya Gerhana hanya diwarnai
dengan sholat gerhana dan khotbah. Tapi kali ini mencoba untuk melakukan
peneropongan juga” tutur Bapak Ali Maftuhkin selaku pihak Madrasah Aliyah Matholiul
Huda. Dengan adanya peneropongan
gerhana ini, antusias warga sangat besar
terutama di kalangan anak-anak dan juga para peziarah, antusias para peziarah
ini terlihat dari banyaknya antrean yang ingin melihat fenomena gerhana secara
langsung melalui teropong yang di sediakan oleh Lembaga Kajian Ilmu Falak
UNISNU Jepara dan hal tersebut juga di benarkan oleh Bapak Ali Maftukhin.
“Antusias
warga, peziarah, serta pengurus sendiri sangat luar biasa, terlihat dari
banyaknya anak-anak yang ikut
sholat di masjid karena hendak melihat teropong. Begitupun dengan
para peziarah yang tidak langsung pulang akan tetapi ikut dalam peneropongan” Ujar Bapak Ali Maftukhin.
(Ela/Bursa)
0 Comments